Kamis, 07 September 2017

Tak Boleh 'seenak jidat'






Hari ini saya ditunjukan dua pendapat oleh seseorang. Entahlah mungkin beliau sedang memikirkan sesuatu. Pendapat yang pertama adalah menurut Umar bin Khattab : Bahwa perilaku seseorang itu merupakan cerminan dari hatinya. Pendapat kedua adalah menurut seseorang (yang tak bisa saya sebutkan namanya) : kadang orang yang kelihatan lembut dan santun namun hati nya sekeras baja, kadang pula orang yang kelihatannya temperamental namun hati nya justru selembut sutra, maka jangan menilai seseorang berdasarkan “katanya”.

Kalau di tanya bagaimana pendapat saya mungkin jawabannya kita memang tidak bisa menilai seseorang hanya dengan sekali melihat, hanya dengan sebelah mata memandang, hanya dengan penilaian sepihak.

Sebagai orang yang mempelajari ilmu sosial mungkin saya melihat nya dari segala sisi, mungkin manusia melakukan suatu tindakan dengan sebab alasan tertentu, mungkin juga manusia tersebut bertempramen (baik &buruk) nya disebabkan oleh faktor-faktor psikologis, atau juga adanya kesalahpaham dalam memahami makna kalimat atau perbuatan sehingga memancing emosi dalam berkomunikasi satu sama lainnya, ada juga beberapa manusia yang memiliki kekurangan baik dalam hal fisik atau tidak sehingga mempengaruhi perilaku sehari-harinya dan lain sebagainya.

Dan sebagai orang mempelajari agama bisa dikatakan tindakan, watak, sifat, seorang hamba bisa dilihat dari bagaimana Muamalah ma’allah dalam artian hubungan manusia dengan Allah contoh dalam hal ibadah seperti sholat dan lain sebagainya. Lalu Muamalah ma’annas dalam artian hubungan dengan sesama manusia seperti dikatakan bahwa seorang muslim itu mencintai saudara sesamanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, maka harus baiklah hubungan nya dengan sesama manusia. Jika sudah menyadari dan menjalankan kedua hal tersebut dengan baik maka tidak akan terjadi penyimpangan dalam hati nurani manusia. Namun kita juga mengetahui bahwa syaithan dan hawa nafsu akan terus menjadi penggoda bagi kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela. Dan kita juga tau bahwa iman itu yaziidu wa yankusu (bertambah dan berkurang), maka tetaplah terus berusaha istiqomah.

Namun walau bagaimanapun kita tetap saja tidak bisa menjudge seseorang seenak jidat kita. Katanya sih “jangan nilai buku dari sampulnya aja”, sama hal nya ketika kita menilai seseorang hanya dari satu sisi saja. Kita tau setiap sesuatu pasti ada positif ada negatif, ada baik ada buruk.

Bisa jadi orang yang kita anggap baik kehidupan sosial nya di masyarakat tapi ternyata dia malah korupsi jutaan bahkan milyaran uang rakyat. Bisa jadi juga dia seorang yang pendiam di remehkan banyak orang namun memiliki kinerja yang bagus, ide ide cemerlang, jujur dan amanah. Entahlah kita tak pernah tau bagaimana ‘seseorang’ itu sebenarnya.

Yang baik belum tentu tidak memiliki keburukan, yang buruk belum tentu tidak memiliki kebaikan. Jadi kesimpulan yang saya dapat jangan menjudge sesuatu hanya dari satu sisi. Anggapan yang kita anggap benar terkadang hanya benar bagi diri kita sendiri, saking egois nya kita tak pernah mau tau kalau anggapan yang kita anggap benar adalah salah menurut orang lain dan tak dipungkiri bisa jadi menyakiti hatinya.

Hiduplah yang baik, jangan lupa bersyukur banyak banyak😉😊

1 komentar:

  1. Kesimpulan dari diskusi grup WA ko bisa sama dgn tulisan di atas, apakah hanya kebetulan, ataukah hasil pengamatan dari diskusi yg ada di grup WA tersebut..
    Hehehe..

    Wallahualam....

    BalasHapus